Mengungkap Rahasia Ramadhan – Kalam Habib Ali Bin Muhammad Al Habsyi
Pada hari Rabu tanggal 28 Ramadhan 1327 H, beliau menasehatkan,
“Dahulu para pendahulu kita yang sholeh setiap hari bahkan setiap saat
menginfaqkan harta yang mereka dapatkan di jalan Allah. Amal taat ini
mereka tambah ketika berada di Bulan Ramadhan. Karena mereka yakin Allah
pasti menggantinya dengan yang lebih baik. Bahkan keyakinan ini di
tanamkan kepada anak-anak mereka hingga mereka menjadi anak-anak yang
kuat keyakinannya kepada Allah SWT.
Pernah di ceritakan ada salah seorang ulama datang berkunjung ke rumah saudaranya, namum di situ tidak di temui makanan sedikitpun hingga ia mendapati keponakannya yang berumur 5 tahun dalam keadaan menangis. Kemudian ia berkata kepada saudaranya,
“Wahai saudaraku, kasihan anakmu ini. Barangkali ia menangis karena lapar.” Maka anak itu berkata kepada ayahnya,
“Wahai ayahku, aku tidak menangis karena lapar. Akan tetapi aku menangis karena bersyukur kepada Allah Ta’la.”
Lihatlah bagaimana mereka mendidik anak-anaknya.
Didiklah anak-anak kalian sejak kecil, ajari mereka untuk yakin kepada Allah. Sebab jika telah dewasa ia akan sulit menerima nasehat. Didiklah mereka secara bertahap, jangan di bebani dengan sesuatu yang tidak mampu mereka laksanakan. Ayahku dahulu memperlakukan aku dan saudara-saudaraku seperti teman, bukan seperti anak. Beliau bergurang dengan kami, jika di tangan kami ada makanan beliau mengambil dan memakannya. Begitu pula jika beliau memegang makanan maka kami mengambil dan memakannya. Namun, beliau tidak membiarkan kami duduk bergaul dengan orang yang tidak sejalan dan juga tidak mengijinkan kami masuk pasar..”
Demikian sekelumit dari apa yang di gambarkan Habib Ali tentang kehidupan kaum Sholihin dan bulan Ramadhan.
Semoga yang singkat ini dapat di jadikan sebagai peran besar dalam menumbuhkan serta memperkuat keimanan dan amal yang sholeh serta lebih mengenal arti bulan Ramadhan itu sendiri sebagai bulan yang penuh dengan naungan rahmat dan nafahat..
Marhaban Yaa Ramadhan..
Pernah di ceritakan ada salah seorang ulama datang berkunjung ke rumah saudaranya, namum di situ tidak di temui makanan sedikitpun hingga ia mendapati keponakannya yang berumur 5 tahun dalam keadaan menangis. Kemudian ia berkata kepada saudaranya,
“Wahai saudaraku, kasihan anakmu ini. Barangkali ia menangis karena lapar.” Maka anak itu berkata kepada ayahnya,
“Wahai ayahku, aku tidak menangis karena lapar. Akan tetapi aku menangis karena bersyukur kepada Allah Ta’la.”
Lihatlah bagaimana mereka mendidik anak-anaknya.
Didiklah anak-anak kalian sejak kecil, ajari mereka untuk yakin kepada Allah. Sebab jika telah dewasa ia akan sulit menerima nasehat. Didiklah mereka secara bertahap, jangan di bebani dengan sesuatu yang tidak mampu mereka laksanakan. Ayahku dahulu memperlakukan aku dan saudara-saudaraku seperti teman, bukan seperti anak. Beliau bergurang dengan kami, jika di tangan kami ada makanan beliau mengambil dan memakannya. Begitu pula jika beliau memegang makanan maka kami mengambil dan memakannya. Namun, beliau tidak membiarkan kami duduk bergaul dengan orang yang tidak sejalan dan juga tidak mengijinkan kami masuk pasar..”
Demikian sekelumit dari apa yang di gambarkan Habib Ali tentang kehidupan kaum Sholihin dan bulan Ramadhan.
Semoga yang singkat ini dapat di jadikan sebagai peran besar dalam menumbuhkan serta memperkuat keimanan dan amal yang sholeh serta lebih mengenal arti bulan Ramadhan itu sendiri sebagai bulan yang penuh dengan naungan rahmat dan nafahat..
Marhaban Yaa Ramadhan..
Comments
Post a Comment